Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Saat ini industri sawit Indonesia menyumbang 3,8% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan berkontribusi 11,6% terhadap ekspor nonmigas.
''Sektor sawit menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Sayangnya, pencapaian ini, utilisasi industri sawit Indonesia masih tergolong rendah, yakni baru mencapai 60–70% dari total kapasitas produksi. Dari 1.029 industri pengolahan sawit yang ada, total kapasitas terpasang mencapai 85 juta ton per tahun. Artinya, lebih dari sepertiga kapasitas industri belum termanfaatkan secara optimal,'' kata Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Merrijantij Punguan Pintaria, kemarin.
Penghambat utamanya kata Merrijantij, karena keterbatasan pasokan bahan baku. ''Malaysia sudah berhasil mengembangkan lebih dari 300 jenis produk turunan sawit. Kita masih di bawah 200,'' tambahnya dalam sebuah forum diskusi strategis di Jakarta, beberapa hari lalu.
Padahal, permintaan global maupun domestik terhadap produk berbasis sawit terus meningkat mulai dari body lotion, minyak goreng, sabun, hingga biofuel.
Kemenperin mencatat bahwa investasi sektor agro telah mencapai Rp206 triliun, dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) untuk sawit tetap berada di atas angka 50, menandakan sektor ini masih ekspansif. Namun potensi tersebut belum sepenuhnya dikapitalisasi karena minimnya integrasi antara sektor hulu dan hilir.
Di tengah tekanan global, Kemenperin juga fokus pada keberlanjutan industri sawit. Salah satunya dengan menyusun skema ISPO hilir, yang memastikan bahan baku berasal dari lahan bebas deforestasi dan memenuhi standar keberlanjutan internasional.
''Kami juga tidak tinggal diam menghadapi kampanye hitam. Kami datangi langsung produsen yang mencantumkan label ‘non-palm oil’ dan memastikan produk Indonesia tidak merugikan komoditas strategis ini,'' ungkapnya. (jdi/elaeis)