Riau, BGNNEWS.CO.ID - Maraknya benih kelapa sawit palsu di pasaran menjadi ancaman serius bagi petani dan pengusaha perkebunan. Konsultan Perkebunan Sawit, Penthiel Effendi, mengungkapkan, bahwa penggunaan benih palsu dapat merugikan petani hingga miliaran rupiah akibat produktivitas yang rendah.
''Benih palsu ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerugian jangka panjang. Petani bisa rugi besar karena investasi yang sudah dikeluarkan tidak akan kembali,'' ujar Penthiel Effendi, Sabtu (28/6/2025).
Pertumbuhan industri kelapa sawit Indonesia yang pesat mendorong kebutuhan benih berkualitas semakin meningkat. Permintaan CPO (Crude Palm Oil) yang terus bertambah, baik di pasar domestik maupun internasional, menjadi pemicu utama ekspansi perkebunan sawit.
Menurut Penthiel, penggunaan minyak sawit yang semakin beragam, mulai dari industri makanan hingga biofuel sebagai substitusi minyak diesel, turut mendorong peningkatan permintaan ini.
''Sayangnya, kebutuhan benih yang tinggi ini tidak diimbangi dengan ketersediaan kecambah berkualitas dari dalam negeri,'' jelasnya.
Penthiel menjelaskan, bahwa benih sawit asli diproduksi melalui proses hibridasi dengan standar ketat dan sumber benih yang terjamin kualitasnya. Sebaliknya, benih palsu diproduksi secara sembarangan tanpa mengikuti standar yang berlaku.
''Meski harganya lebih murah, benih palsu memiliki risiko besar. Pertumbuhan tanaman menjadi lambat, produktivitas rendah, dan proses pengolahan tidak efisien,'' terangnya.
Konsultan berpengalaman ini membagikan tiga cara mudah mendeteksi benih kelapa sawit palsu:
1. Tempurung Lebih Tipis
Benih palsu memiliki ketebalan tempurung yang lebih tipis karena diambil langsung dari kebun tanpa proses seleksi yang tepat.
2. Tekstur Permukaan Kasar dan Kotor
Permukaan biji benih palsu terasa lebih kasar dan tampak kotor, berbeda dengan benih asli yang memiliki tekstur halus dan bersih.
3. Tingkat Kematian Kecambah Tinggi
Persentase kegagalan tumbuh pada benih palsu jauh lebih tinggi dibandingkan benih berkualitas.
Penthiel menekankan bahwa kerugian dari penggunaan benih palsu baru akan terasa setelah tanaman dewasa. ''Pertumbuhan tanaman tampak tidak normal, tidak seragam, dan produktivitasnya sangat rendah. Bahkan rendemen minyak yang dihasilkan juga jauh di bawah standar,'' katanya.
Ia menyarankan, petani untuk selalu membeli benih dari distributor resmi yang memiliki sertifikat dan menghindari benih dengan harga yang terlalu murah dibandingkan harga pasar.
''Investasi perkebunan sawit adalah investasi jangka panjang. Jangan sampai tergiur harga murah tapi merugikan di kemudian hari,'' ungkapnya. (Ade)