Indonesia Sudah Mulai Ekspor Lilin Batik Berbasis Sawit

Sabtu, 07 Juni 2025 | 14:44:10 WIB
Lilin batik berbasis sawit. (Foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Transformasi bahan baku lilin batik, kini mulai beralih dari parafin berbasis minyak bumi dan lemak hewan ke bahan berbasis minyak sawit berkelanjutan.

''Saat ini sekitar 55 hingga 60 persen formula lilin batik telah menggunakan bahan dari sawit bersertifikat. Sebelumnya, lilin batik dibuat dengan parafin dari minyak bumi dan lemak hewan. Sekarang, sebagian besar komponennya telah digantikan dengan bahan dari sawit,'' kata Deputi Direktur Market Transformasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), M Windrawan Inantha, kemarin.

Langkah ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada sumber daya tak terbarukan, tetapi juga membuka jalan bagi industri batik untuk ikut serta dalam praktik produksi yang lebih berkelanjutan. Sejak tahun 2022, berbagai uji coba dilakukan untuk menjamin bahwa kualitas lilin sawit tidak kalah dengan lilin tradisional.

Dukungan datang dari berbagai pihak, termasuk perusahaan Apical Group yang menyediakan bahan baku sawit untuk produksi lilin tersebut. Hasilnya pun menjanjikan. Lilin sawit kini sudah dipasarkan dan mulai menarik minat pembeli dari luar negeri. ''Kami sudah menerima pesanan dari Malaysia. Ini menjadi langkah awal bagi pemasaran lilin sawit ke pasar ekspor,'' ujar Windrawan.

Untuk memperluas jangkauan dan memperkenalkan produk ini kepada masyarakat, pameran menjadi salah satu strategi utama. Produk lilin sawit dibawa ke berbagai event, termasuk pameran batik, agar pengunjung dapat melihat langsung proses membatik menggunakan bahan ini. ''Kami ingin masyarakat tidak hanya tahu, tapi juga melihat dan merasakan langsung manfaatnya,'' tambah Windrawan.

Meski menunjukkan perkembangan positif, tantangan tetap ada, terutama di sisi pemasaran dan edukasi. Masih banyak pengrajin dan masyarakat yang belum mengetahui potensi lilin sawit sebagai alternatif ramah lingkungan. ''Kami berharap media dan berbagai pihak bisa membantu menyebarkan informasi bahwa lilin sawit ini sudah tersedia dan bisa digunakan,'' kata Windrawan.

Selain kontribusi terhadap pelestarian lingkungan, inovasi ini juga membuka peluang baru bagi industri sawit. Dengan kandungan bahan sawit yang dominan, produk ini berpotensi menciptakan nilai tambah dan memperluas pemanfaatan sawit di luar sektor pangan dan energi.

Optimisme pun mulai tumbuh di kalangan pengrajin. Di Kampung Batik Laweyan, Solo—yang dikenal sebagai salah satu pusat batik nasional—lilin sawit telah mulai diterima dan dicoba oleh para pelaku industri. Respons yang positif dari para pembatik menunjukkan bahwa peralihan ke bahan ramah lingkungan bukan sekadar wacana, melainkan bisa menjadi realita.

Dengan dorongan edukasi yang masif dan dukungan lintas sektor, lilin sawit berpeluang menjadi standar baru dalam proses membatik di Indonesia. Inovasi ini menandai awal dari transformasi hijau dalam industri batik, dan membuka babak baru bagi kerajinan tradisional Indonesia di pasar global. (jdi/ifs)

Terkini