Petani Sawit Ujung Tombak Produksi di Hulu

Selasa, 13 Mei 2025 | 11:09:02 WIB
Petani sedang memanen sawit. (foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Petani sawit swadaya punya peran sentral, tapi baru sekitar satu persen dari mereka yang mengantongi sertifikasi ISPO. Ini jelas alarm bagi semua pihak.

Keprihatinan ini disuarakan, Valentinus Narung, CEO CU Keling Kumang dari Kalimantan Barat, dalam keterangan resmi, Selasa (13/5/2025).

Valentinus Narung, menekankan bahwa sistem pengadaan saat ini belum berpihak kepada petani dan terlalu fokus pada syarat legalitas serta lingkungan, tanpa memberi ruang cukup pada aspek kesejahteraan.

Laporan Palm Oil Barometer 2025 mengupas tuntas timpangnya distribusi nilai dalam rantai pasok sawit global. Petani, yang menjadi ujung tombak produksi di hulu, hanya mendapatkan bagian paling kecil dari keuntungan industri. Minimnya pendapatan ini membuat mereka kesulitan berinvestasi dalam praktik berkelanjutan, apalagi meningkatkan produktivitas dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Padahal, menurut Solidaridad, kondisi rentan petani swadaya bisa menjadi pemicu praktik-praktik berisiko seperti deforestasi. Ketidakpastian status lahan, terbatasnya akses terhadap pembiayaan, dan lemahnya pendampingan teknis seringkali mendorong mereka ke jalan pintas yang tidak ramah lingkungan.

Sebagai solusi, Solidaridad mengusung pendekatan “Procurement for Prosperity” atau “Pengadaan untuk Kesejahteraan” yang menuntut perusahaan sawit global—terutama pelaku industri hilir—beralih dari sekadar mengejar sertifikasi ke model kemitraan yang lebih inklusif dan adil. Model ini ditopang oleh empat prinsip utama: kebijakan inklusif terhadap petani swadaya, sistem harga dan pembayaran yang adil, kemitraan kolaboratif yang melibatkan petani dalam pengambilan keputusan, serta dukungan program teknis dan keuangan untuk memperkuat posisi petani di hulu.

Yeni Fitriyanti, Country Manager Solidaridad Indonesia, menegaskan pentingnya melibatkan petani swadaya dalam solusi. “Indonesia punya kawasan hutan tropis yang luas. Kalau petani tak diajak bicara dan diberdayakan, risiko terhadap lingkungan akan tetap tinggi,” ujarnya.

Melalui Palm Oil Barometer 2025, Solidaridad menawarkan rekomendasi konkret kepada pemerintah, perusahaan perkebunan, industri pengolahan, lembaga keuangan, hingga inisiatif multipihak. Tujuannya jelas: menciptakan industri sawit yang lebih adil, tangguh, dan berkelanjutan, dengan menjadikan petani swadaya sebagai bagian utama dari solusi, bukan sekadar penerima dampak. (jdi/infosawit)

Terkini