RIAU, BGNNEWS.CO.ID - Pemilihan bibit berkualitas menjadi penentu keberhasilan perkebunan sawit. Namun banyak petani masih kesulitan mengidentifikasi bibit afkir yang bisa menyebabkan kerugian signifikan.
"Bibit afkir adalah investasi sia-sia yang masih banyak dialami petani sawit, terutama petani swadaya," tegas Penthiel Effendi, Konsultan Perkebunan Sawit, Sabtu (26/4/2025).
Menurut Effendi, bibit sawit afkir dapat dikenali dari beberapa ciri utama: daun abnormal (menggulung, berkerut, atau kekuningan tidak merata), batang bengkok atau lemah, sistem perakaran buruk (akar berwarna coklat, terlalu sedikit atau terlalu padat), serta umur bibit yang terlalu tua (lebih dari 14 bulan di pembibitan utama).
"Perhatikan juga keseragaman pertumbuhan. Bibit berkualitas memiliki ukuran relatif seragam dalam satu batch," tambahnya. Adanya bekas serangan hama, bercak tidak normal, atau pembusukan juga menjadi tanda bibit tidak layak tanam.
Effendi menekankan pentingnya memverifikasi keaslian bibit. "Banyak petani tergoda harga murah tanpa memverifikasi sumber bibit. Bibit tidak bersertifikat mungkin tampak baik di awal, tapi produktivitasnya akan jauh di bawah standar," katanya.
Dampak ekonominya sangat serius. Berdasarkan perhitungan Effendi, kerugian akibat menanam bibit afkir bisa mencapai 60-70% dari potensi pendapatan selama masa produktif tanaman yang berlangsung 25-30 tahun.
"Bayangkan, investasi waktu dan biaya perawatan sama, tapi hasilnya hanya sepertiga dari yang seharusnya. Bibit adalah investasi jangka panjang yang tidak boleh dikompromikan," tegasnya.
Untuk menghindari bibit afkir, Effendi menyarankan petani membeli bibit hanya dari produsen bersertifikat dan berpengalaman, serta tidak ragu meminta bukti sertifikasi resmi. (Ade)