Perang Tarif AS-China akan Jadi Berkah Komoditas Sawit Indonesia

Selasa, 22 April 2025 | 08:31:12 WIB
Ilustrasi perkebunan sawit. (foto istimewa)

JAKARTA, BGNNEWS.CO.ID - Seperti diketahui, tarif resiprokal dari AS sebesar 145 persen atas barang asal China, dibalas China dengan menaikkan tarif barang AS sebesar 125 persen yang masuk ke China.

Gedung Putih putih pun kemudian menaikkan tarif impor lagi sebesar 245 persen yang menimbulkan kebingungan tidak hanya di Beijing, tetapi juga di seluruh dunia.

Menurut Direktur Eksekutif PASPI, Tungkot Sipayung, bahwa yang menarik dari salah satu sasaran tembak retaliasi China adalah produk pertanian AS yang diimpor China seperti minyak kedelai.

Menurutnya petani AS sendiri banyak yang menjadi pendukung Trump pada pemilu kemarin. ''Jika China menaikkan tarif impor kedelai China, ditambah dengan kebijakan undervalued Yuan akan mengurangi impor kedelai China dari AS,'' ujar Tungkot, kemarin.

Jika perang tarif China-AS ini berlangsung lama, dia menyebut China akan meningkatkan impor minyak sawit dari Indonesia dan Malaysa. ''Ini harus dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan ekspor minyak sawit ke China. Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan China diprediksi bakal menjadi berkah untuk komoditas sawit Indonesia,'' tambahnya.

Keyakinan tersebut juga didukung publikasi dari Riset Hong Leong Investment Bank (HLIB) yang mencatat bahwa meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China kemungkinan akan mendorong China untuk mengurangi ketergantungannya pada impor kedelai dari AS.

Dikatakan bahwa hal ini dapat dilakukan dengan mengalihkan sebagian pembeliannya ke produsen Amerika Selatan seperti Brasil dan Argentina, atau dengan mengganti sebagian kedelai dengan minyak sawit sebagai alternatif.

''Ingat, langkah China untuk mengenakan tarif 25 persen pada impor kedelai AS (dalam upaya untuk membalas tarif AS pada produk-produk China) telah mengakibatkan impor kedelai China dari AS menurun sebesar 57 persen atau 8,6 juta metrik ton (mt) pada 2018, sementara impor kedelai dari Brasil naik 41 persen atau 21,8 juta mt,'' ujar HLIB.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor CPO dan turunannya mengalami penurunan baik secara bulanan (month-to-month/mtm) maupun tahunan (year-on-year/yoy) pada Januari 2025.

Berdasarkan data BPS, nilai ekspor CPO dan turunannya hanya mencapai US$1,44 miliar pada Januari 2025, atau turun 16,68% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar US$1,72 miliar. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, nilainya juga turun 24,1% mtm. Adapun, share CPO dan turunannya hanya 7,04% pada Januari 2025. Angkanya paling rendah dibandingkan komoditas unggulan lainnya. (jun/sawitindonesia)

 

 

Terkini