PEKANBARU, BGNNEWS.CO.ID - Proyek Sustainable Oil Palm Replanting in Indonesia (SOPRI) akan membantu sekitar 400 pekebun swadaya di pulau Sumatera, dengan total luas lahan sebanyak 400 hektar (Ha), akan mendapatkan dukungan untuk menjadi pekebun sawit swadaya berkelanjutan dari
Proyek SOPRI adalah kolaborasi dari Impact fund manager, Abler Nordic, Temasek Foundation yang merupakan organisasi filantropi dari Singapura yang menjalankan program pemberdayaan di Asia, Musim Mas Group selaku produsen minyak sawit berkelanjutan, serta Livelihoods Funds.
Program ini, seperti dikutip dari laman resmi Musim Mas, Rabu (2/4/2025), mencakup pinjaman jangka panjang untuk peremajaan kebun, pelatihan literasi keuangan, dan sertifikasi keberlanjutan.
Kemudian, ada pula dukungan legalisasi hak atas lahan, serta perencanaan desa partisipatif untuk memastikan penggunaan lahan yang bertanggung jawab. Sebagai gantinya, para pekebun berkomitmen untuk tidak merambah hutan, dengan kepatuhan yang dipantau melalui pengawasan satelit dan pemeriksaan langsung di lapangan.
Proyek SOPRI ini dirancang untuk membuktikan bahwa peremajaan sawit berkelanjutan tidak hanya layak secara finansial, tetapi juga dapat diperluas. Ke depannya, proyek ini menargetkan untuk menjangkau lebih dari 20.000 pekebun swadaya.
Climate Smart Fund akan berperan sebagai organisasi utama yang mengelola operasional keuangan dan mengoordinasikan pelaksanaan program bersama mitra lokal seperti Koltiva dan Bank Amar.
Sementara itu, Musim Mas Group akan memberikan dukungan teknis guna membantu pekebun swadaya memperoleh sertifikasi minyak sawit berkelanjutan serta mengakses pasar. Livelihoods Funds juga turut berkontribusi dengan keahlian dalam pelatihan dan sertifikasi untuk mendukung transisi pekebun menuju praktik perkebunan yang lebih berkelanjutan.
Selain peremajaan kebun, proyek SOPRI ini juga mengembangkan model agroforestri yang lebih tahan terhadap perubahan iklim. Model ini mengintegrasikan kelapa sawit dengan pohon peneduh serta tanaman bernilai ekonomi untuk meningkatkan kesehatan tanah, menstabilkan iklim mikro, dan membantu pekebun swadaya beradaptasi dengan perubahan iklim.
Abler Nordic menargetkan perluasan Climate Smart Fund, dari dana awal sebesar USD 10 juta menjadi USD 40 juta pada tahap pertama. Pendanaan ini akan dihimpun melalui modal investor gabungan, jaminan, dan hibah guna mendorong aksi iklim yang nyata dan berkelanjutan.
Managing Director Abler Nordic, Arthur Sletteberg mengakui, membangun hubungan dalam jangka panjang dengan pekebun swadaya, komunitas, dan mitra lokal adalah inti dari upaya mereka. Arthur Sletteberg mengakui apa yang mereka lakukan ini memang kompleks dan belum pernah dilakukan sebelumnya dalam banyak hal.
Di sisi lain, Senior Project Manager Asia Tenggara di Livelihoods Ventures, Sébastien de Royer, mengatakan Livelihoods Ventures percaya bahwa solusi jangka panjang harus mampu mengatasi tantangan dari akarnya. Melalui kemitraan ini, pihaknya berkomitmen untuk memberdayakan pekebun swadaya dengan dukungan teknis dan pendampingan yang mereka perlukan agar dapat beralih ke sistem perkebunan yang lebih berkelanjutan dan tangguh.
General Manager of Projects and Partnerships di Musim Mas Group, Rob Nicholls, yakin kalau inisiatif ini bukan sekadar dukungan finansial, tetapi juga sebuah upaya serius pihaknya.Khususnya, kata dia lagi, untuk memberdayakan pekebun swadaya dengan pengetahuan dan sumber daya yang petani swadaya perlukan untuk menerapkan praktik berkelanjutan.
Head of Climate and Liveability di Temasek Foundation, Ms Heng Li Lang, memuji inisiatif uji coba ini dan menilainya sebagai langkah terobosan. Kata Ms Heng Li Lang, dengan membuka akses pembiayaan melalui modal katalitik, pekebun swadaya dapat melakukan peremajaan secara berkelanjutan tanpa terbebani risiko finansial yang besar. (jun/mediaperkebunan)