PEKANBARU, BGNNEWS.CO.ID - Ketua Asosiasi Pekebun Kelapa Sawit Indonesia (ASPEKPIR) Setiyono menegaskan pentingnya pemilihan waktu yang tepat dalam pelaksanaan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
''PSR adalah program strategis yang harus dilakukan mengingat banyaknya tanaman sawit rakyat yang sudah memasuki usia tua, di atas 25 tahun. Tanaman tua ini produktivitasnya sudah menurun drastis, hanya menghasilkan 10-12 ton per hektar per tahun, jauh di bawah potensi produktivitas optimal yang bisa mencapai 20-25 ton per hektar,'' kata Setiyono saat diwawancara BGNNEWS.CO.ID, Minggu (23/2/2025).
Menurutnya, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan waktu PSR antara lain kondisi cuaca, kesiapan bibit berkualitas, dan kesiapan pendanaan.
''Idealnya, peremajaan dilakukan di awal musim hujan untuk memastikan tingkat keberhasilan yang tinggi. Selain itu, ketersediaan bibit unggul bersertifikat juga harus dipastikan,'' jelasnya.
Setiyono menambahkan, bahwa kesiapan pendampingan teknis juga menjadi faktor penting. ''Para pekebun memerlukan pendampingan intensif selama proses peremajaan hingga masa produksi. Ini akan membantu memastikan kebun yang diremajakan dapat dikelola dengan baik sesuai standar praktik perkebunan yang berkelanjutan,'' paparnya.
''PSR juga penting untuk menjaga daya saing sawit Indonesia di pasar global. Negara-negara konsumen semakin menuntut standar keberlanjutan yang tinggi. Dengan melakukan PSR, kita bisa memastikan perkebunan sawit rakyat memenuhi standar tersebut,'' tegas Setiyono.
Peremajaan sawit ini menjadi sangat penting mengingat banyaknya tanaman sawit yang sudah memasuki usia tidak produktif. Melalui program PSR, diharapkan produktivitas kebun sawit rakyat dapat meningkat signifikan, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada pendapatan petani dan perekonomian daerah secara keseluruhan. (ade/bgn)