Hadapi Tantangan Musim Trek, Ini Solusi dari P2SBB Untuk Petani Kelapa Sawit

Kamis, 20 Februari 2025 | 16:14:14 WIB
Sekjen Perkumpulan Petani Sawit Bumi Bertuah (P2SBB), Dowait Panjaitan. (foto istimewa)

PEKANBARU, BGNNEWS.CO.ID - Para petani kelapa sawit tetap mendapat tantangan menghadapi adanya musim Trek setiap periodesasi per tahun. 

Hal ini menjadi tantangan serius bagi para petani sawit seluruh Indonesia khususnya para petani sawit swadaya mandiri.

Selama periode ini, produksi buah sawit dapat menurun drastis. Sehingga penting bagi pengelola perkebunan untuk mengambil langkah-langkah di dalam pencegahan yang efektif.

"Beberapa langkah utama dalam menghadapi musim trek 20-30% (hasil panen turun) pada tanaman kelapa sawit adalah memastikan jenis tanahnya, apakah jenis tanah lahan mineral, lahan tanah gambut kurang dari 50 cm, atau lahan gambut lebih dari 50 cm kedalamannya," jelas Sekjen Perkumpulan Petani Sawit Bumi Bertuah (P2SBB), Dowait Panjaitan saat diwawancarai di kantor P2SBB, Jalan Singgalang Nomor 42, Pekanbaru, Rabu (19/2/2025).

Dowait menambahkan, tanaman kelapa sawit dengan jenis lahan tanah mineral selain memerlukan air curah hujan, juga diharuskan memakai pupuk tunggal, pupuk majemuk, dan sangat disarankan menggunakan pupuk organik. 

"Alasan utama disarankan memakai pupuk organik adalah untuk memperbaiki unsur hara tanah itu sendiri. Penggunaan pupuk tunggal dan pupuk majemuk akan memaksakan kandungan minyak tanah/unsur hara tanah untuk asupan gizi tanaman kelapa sawit, tetapi tidak ada unsur perbaikan kembali unsur haranya," ujar Dowait.

Selain itu, Dowait mengatakan, jenis tanah lahan gambut kurang dari 50 cm, cukup dengan pemakaian pupuk tunggal atau pupuk majemuk, tidak diperlukan pemakaian pupuk organik karena tanah gambut adalah juga sumber protein bagi tanaman kelapa sawit. 

Sedangkan untuk jenis tanah lahan gambut lebih dari 50 cm, disarankan dibuatkan parit cacing dengan sistem 5 (lima) baris untuk 1 (satu) parit cacing. 

Ini bermanfaat juga untuk penampungan sumber air, dan pemakaian pupuknya sama persis yaitu pupuk tunggal atau pupuk majemuk.

"Dari jenis tanah lahan yang disebutkan di atas, semuanya perlu perawatan yang intensif, meliputi pembersihan piringan, pemotongan pelepah, juga minimal pembersihan gulma dan parasit yang ada di batang, serta penggunaan pestisida yang terjadwal", katanya.

Oleh karena itu, pengelola kebun sawit, khususnya Petani Swadaya Mandiri, sebaiknya menjadikan keharusan untuk secara rutin dan disiplin melakukan pemupukan minimal 2 kali setahun. Perawatan menjadi agenda rutin, di mana dengan pemupukan 2 kali setahun akan mendapatkan hasil panen yang maksimal.

"Tanaman kelapa sawit perlu mendapat asupan gizi untuk pertumbuhan Tandan Buah Segar (TBS) yang maksimal, dengan kualitas yang bagus dan kuantitas yang baik. Dengan cara seperti inilah hasil panen yang maksimal dapat diperoleh dan musim trek bisa ditekan seminimal mungkin," ungkap Dowait. (ade/bgn)

Terkini