Kebijakan Trump Naikan Tarif Bea Masuk 32 Persen Ancam Industri Sawit Indonesia

Sabtu, 12 Juli 2025 | 18:02:28 WIB
Ilustrasi industri kelapa sawit. (foto istimewa)

Medan, BGNNEWS.CO.ID - Kebijakan Presiden Donald Trump menaikan tarif impor atau bea masuk sebesar 32 persen mengancam industri perkebunan kelapa sawit di Tanah Air, khususnya yang ditujukan langsung ke pasar di Amerika Serikat.

Hal ini dikatakan pengamat ekonomi asal Medan, Gunawan Benjamin, Sabtu (12/7/2205). Sebelumnya, kebijakan Trump sempat ditunda selama beberapa bulan, Presiden Donald Trump kembali kepada keputusannya, yaitu mengenakan bea masuk tersebut mulai 1 Agustus 2025. 

Untuk Indonesia dikenakan bea masuk sebesar 32 persen untuk semua produk yang dijual ke AS, termasuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).

Yang menarik dari kebijakan itu, kata pengajar ekonomi di sejumlah kampus ternama di Medan ini, untuk saat ini harga CPO justru bergerak dalam tren naik sejak Juni 2025 kemarin. 

''Dari sebelumnya dijual di kisaran $ 923 per ton pada awal Juni, saat ini ditransaksikan di kisaran harga $ 950 per ton,'' tambahnya.

Harga CPO terpantau naik bahkan setelah AS menetapkan kenaikan tarif untuk beberapa negara termasuk Indonesia. Dan sejauh ini kebijakan tersebut belum memberikan tekanan terhadap harga CPO.Dia bilang, demand atau permintaan yang masih cukup tinggi menjadi salah satu pendorong kuatnya harga CPO saat ini, termasuk demand dari India.

Gunawan mengatakan, demand dari India pada bulan Juli 2025 diproyeksikan mengalami peningkatan berkisar 7 persen sampai 8 persen, dibandingkan dengan bulan Juni 2025 atau perhitungan secara bulanan atau month to month (mtm).

Menurut Gunawan Benjamin, permintaan India tetap tinggi karena akan merayakan festival tradisional Deepavali yang secara rutin mendorong peningkatan CPO setiap tahunnya. Selain perayaan Deepavali, dirinya melihat ekspor CPO juga masih akan ditentukan dengan kepastian besaran tarif impor berikut kapan akan dimulai kebijakan tersebut.

Saat ini Indonesia masih harus menanti terlebih dahulu bagaimana titik keseimbangan harga CPO yang terbaru di pasar domestik dan pasar global. (jdi/medbun)

 

Tags

Terkini