Revolusi Nira Gula Sawit untuk Kesejahteraan Petani, Dari Limbah Menjadi Cuan

Kamis, 26 Juni 2025 | 16:01:31 WIB
Nira gula sawit yang berpotensi mengangkat kesejahteraan petani. (Foto istimewa)

Riau, BGNNEWS.CO.ID - Ketika ribuan pohon sawit tua ditumbangkan dalam program replanting nasional, batang-batang raksasa itu biasanya berakhir sia-sia, dibakar begitu saja di tengah kebun. Namun kini, Kementerian Perindustrian menghadirkan sebuah revolusi, mengubah ''limbah'' tersebut menjadi nira gula sawit yang berpotensi mengangkat kesejahteraan petani.

Konsultan Teknologi Pertanian Institut Pertanian Stiper Yogyakarta, Wiji STP menyambut antusias inovasi ini. ''Pendekatan ini sangat cerdas dan strategis. Petani kini memiliki alternatif sumber pendapatan dari pohon sawit yang sudah ditebang melalui pemanfaatan nira batang sawit tua,'' katanya ketika ditanya BGNNEWS.CO.ID, Kamis (26/6/2025).

Selama puluhan tahun, petani sawit Indonesia terjebak dalam lingkaran ketergantungan pada Tandan Buah Segar (TBS). Harga komoditas ini tidak hanya fluktuatif, tetapi kerap menjadi objek manipulasi perusahaan besar. Disparitas harga antar daerah pun sering merugikan petani, menciptakan kesenjangan ekonomi yang tidak adil.

''Inilah solusinya,'' tegas Wiji. ''Batang sawit hasil replanting yang selama ini hanya dibakar percuma, kini bisa menjadi sumber pendapatan baru yang sangat dibutuhkan petani.''

Pilot project produksi nira gula sawit yang telah diresmikan Kemenperin bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi representasi diversifikasi ekonomi perkebunan yang telah lama dinanti-nanti.

Indonesia memiliki ribuan hektare lahan replanting dengan potensi produksi nira gula sawit yang fantastis. Namun menurut Wiji, realisasi potensi ini membutuhkan komitmen serius dari berbagai pihak, terutama pemerintah daerah.

''Dinas Perkebunan di berbagai daerah perlu lebih fokus dan benar-benar memihak petani. Terlalu banyak masalah yang dibiarkan menumpuk tanpa solusi konkret,'' kritik Wiji.

Tantangan lain yang tidak kalah serius adalah lemahnya pengawasan terhadap pabrik kelapa sawit dan infrastruktur pemasaran yang masih terbatas. Kondisi ini berpotensi menghambat nilai tambah yang seharusnya dinikmati petani dari inovasi nira gula sawit.

Wiji tidak melihat proyek nira gula sawit sebagai inovasi parsial, tetapi sebagai pintu gerbang transformasi struktural sektor perkebunan Indonesia.

''Jika kita serius menjalankan ini, potensinya luar biasa besar. Dan ini baru dari satu komoditas sawit, belum lagi dari komoditas lain seperti pala, pinang, atau padi yang selama ini kurang mendapat perhatian,'' jelasnya.

Sebagai konsultan teknologi pertanian yang berpengalaman, Wiji menegaskan bahwa proyek ini tidak boleh berhenti sebagai uji coba simbolis.

''Ini harus menjadi bagian integral dari transformasi struktural sektor perkebunan Indonesia menuju kemandirian dan kesejahteraan petani yang berkelanjutan,'' tegasnya.

Dengan dukungan teknologi yang tepat, infrastruktur yang memadai, dan komitmen politik yang kuat, nira sawit bukan hanya akan mengubah nasib batang sawit tua, tetapi juga mengangkat martabat jutaan petani Indonesia menuju era baru perkebunan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan. (Ade)

 

Tags

Terkini