Jawab Tantangan Industri Grafika, Polimedia Ubah Minyak Sawit jadi Tinta Mesin yang Ramah Lingkungan

Sabtu, 21 Juni 2025 | 09:06:46 WIB
Tinta cetak offset buatan Polimedia. (foto istimewa)

Jakarta, BGNNEWS.CO.ID - Inovasi yang dilakukan Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta berhasil mengubah minyak sawit jadi tinta mesin cetak ramah lingkungan. 

Inovasi ini tidak hanya menjawab tantangan industri grafika yang selama ini bergantung pada bahan baku berbasis minyak bumi serta impor, tetapi juga menjadi langkah nyata menuju kemandirian industri dalam negeri.

Dosen Program Studi Teknik Grafika Polimedia, Gema Sukmawati Suryadi menyebutkan, riset ini dilakukan sejak tahun 2020 hingga 2022 dengan dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) melalui program Grant Riset Sawit.

''Kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia bisa mandiri, sekaligus menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan,'' ujar Gema, kemarin.

Melalui riset intensif, tim peneliti berhasil menghasilkan dua produk utama: varnish dan tinta cetak offset untuk warna Cyan, Magenta, Yellow, dan Black (CMYK). Varnish yang dikembangkan menggunakan Fatty Acid Methyl Ester (FAME), yang dikenal sebagai biodiesel sawit. Varnish ini kemudian dipadukan dengan pigmen dan bahan aditif lain untuk menciptakan tinta cetak yang dapat digunakan langsung tanpa perlakuan khusus.

Keunggulan dari tinta sawit ini tidak hanya pada bahan bakunya yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga pada performa teknisnya. Berdasarkan pengujian laboratorium di Laboratorium Pengujian Bahan Grafika Polimedia, tinta ini memenuhi standar warna ISO 12647-2 dan memiliki kadar Volatile Organic Compound (VOC) yang lebih rendah dibanding tinta offset konvensional.

''Tinta ini sudah kami uji di mesin cetak buatan Jerman seperti Indowork dan mesin Jepang seperti Sakurai. Hasilnya, tinta bisa digunakan langsung tanpa perlu penyesuaian khusus,'' jelas Gema.

Tim peneliti juga telah melakukan uji cetak skala industri terbatas dan tengah mempersiapkan pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Selain itu, analisis tekno-ekonomi juga sedang dilakukan untuk membuka peluang komersialisasi tinta sawit ini dalam waktu dekat.

Direktur Polimedia, Purnomo Ananto, menyambut positif keberhasilan ini. Menurutnya, inovasi ini merupakan wujud nyata kontribusi pendidikan vokasi terhadap tantangan dunia industri. “Industri grafika, khususnya sektor kemasan, terus berkembang dan membutuhkan tinta dalam jumlah besar. Tinta sawit ini bisa menjadi solusi inovatif dan berkelanjutan,” ujar Purnomo.

Data menunjukkan bahwa tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dari tinta sawit ini telah mencapai 30 persen, naik signifikan dari sebelumnya nol persen. Ini menjadi sinyal kuat bahwa tinta berbahan baku lokal memiliki potensi besar untuk menggantikan tinta impor.

Dengan konsumsi tinta cetak yang terus meningkat setiap tahun, terutama untuk kebutuhan industri kemasan, keberadaan tinta cetak berbahan sawit menjadi harapan baru. Selain menekan ketergantungan impor, inovasi ini juga membuka jalan baru bagi diversifikasi produk hilir sawit Indonesia, dari sekadar minyak goreng dan bahan bakar menjadi bahan baku industri kreatif.

BPDP sendiri terus mendorong hilirisasi sawit melalui program riset dan pengembangan seperti yang dilakukan oleh Gema dan tim. Tinta cetak berbahan sawit adalah bukti bahwa dari laboratorium kecil di kampus vokasi, bisa lahir solusi besar untuk industri nasional yang lebih hijau dan berkelanjutan. (jdi/elaeis)

Tags

Terkini