Pemangku Kepentingan Susun Peta Jalan untuk Kembangkan Industri Kelapa dan Kakao

Sabtu, 24 Mei 2025 | 08:43:25 WIB
Focus group discussion (DKT/FGD) yang digelar BPDP mengenai peta jalan untuk komoditas kelapa dan kakao. (Foto istimewa)

Bintaro, BGNNEWS.CO.ID - Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) bersama pemangku kepentingan berbagai profesi mulai menyusun peta jalan atau roadmap untuk komoditas kelapa dan kakao, baik dari hulu sampai hilir, sepanjang 2025 sampai 2035 .

Proses penyusunan peta jalan itu, seperti dikutip BGNNEWS.CO.ID dari laman resmi BPDP, Jumat (23/5/2025), dilakukan untuk memperkuat arah pengembangan riset nasional di dua komoditas perkebunan tersebut.

Salah satu proses yang ditempuh BPDP untuk penyusunan peta jalan itu adalah dengan menyelenggarakan diskusi kelompok terpumpun atau focus group discussion (DKT/FGD) yang digelar secara hibrid, baik daring maupun luring, di Bintaro, Kabupaten Tangerang Selatan, Provinsi Banten, belum lama ini.

DKT yang digelar BPDP tersebut bertajuk ''Penyusunan Roadmap Riset Industri Kelapa dan Kakao Indonesia dari Hulu sampai Hilir Periode 2025–2035,'' menghadirkan sejumlah tokoh yang sangat berkompeten.

Seperti Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDP Kabul Wijayanto; Triana Meinarsih selaku Kepala Divisi Pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM), Penelitian dan Pengembangan BPDP, Baginda Siagian MSi sebagai Direktur Tanaman Semusim dan Tahunan Kementerian Pertanian (Kementan).

Hadir juga Rasyid yang merupakan perwakilan dari Direktorat Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementan; Prof. Dr. Erliza Hambali MSi dari Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) University.

Selanjutnya hadir juga Prof (Ris) Ir. Didiek Hadjar Goenadi MSc PhD yang merupakan Koordinator Komite Litbang BPDP, dan tidak lupa ada juga para tokoh kelapa dan kakao dari Dewan Kelapa dan Dewan Kakao.

DKT ini turut menghadirkan para pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang, seperti perwakilan kementerian dan lembaga teknis, asosiasi petani, pelaku industri, lembaga riset, serta kalangan akademisi.

Sangat diyakini kalau kehadiran dari para tokoh dan pakar kelapa dan kakao yang beragam tersebut mencerminkan semangat kolaboratif dalam menyusun arah kebijakan riset yang inklusif dan berdampak luas.

Acara ini dibuka oleh Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS, Kabul Wijayanto, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya penyusunan roadmap riset yang konkret, aplikatif, dan berkelanjutan.

Kabul Wijayanto menyebutkan, kegiatan ini sebagai upaya penyusunan peta jalan ini diharapkan dapat menjadi panduan strategis bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menjawab tantangan industri kelapa dan kakao secara menyeluruh.vBaik dari hulu hingga hilir, dengan pendekatan berbasis data, pemanfaatan teknologi, serta penguatan kemitraan lintas sektor.

Kegiatan diawali dengan pemaparan umum oleh Triana Meinarsih yang menjelaskan latar belakang, tujuan, sasaran, serta teknis penyusunan roadmap riset kelapa dan kakao 2025–2035.

Pemaparan ini menjadi landasan bagi rangkaian diskusi panel yang berlangsung sepanjang kegiatan.

Dalam sesi diskusi pertama, Baginda Siagian, menyoroti tantangan industri kakao nasional, seperti penurunan produktivitas akibat serangan hama, kurangnya peremajaan tanaman, dan terbatasnya minat regenerasi petani muda.

Ia juga menekankan potensi besar industri pengolahan kakao, mengingat Indonesia merupakan negara penggiling kakao terbesar keempat di dunia.

Sementara itu Rasyid menjelaskan tantangan yang dihadapi sektor kelapa, seperti menyusutnya luas lahan sekitar 11.000 hektar (Ha) per tahun, rendahnya produktivitas, dan kurangnya varietas unggul.

Rasyid menyampaikan pentingnya riset kultur embrio untuk mempercepat penyediaan benih unggul sebagai langkah awal dalam mendorong pengembangan industri kelapa secara terpadu.

Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan dari Dewan Kakao Indonesia dan Dewan Kelapa Indonesia yang membahas analisis SWOT masing-masing industri.

Kajian ini menjadi masukan penting untuk memperkuat arah penyusunan roadmap yang berbasis pada kondisi riil di lapangan.

Pada sesi akhir, Erliza Hambali dari IPB University menyampaikan bahwa riset dan inovasi teknologi merupakan kunci daya saing industri kelapa dan kakao.

Erliza menekankan pentingnya isu keberlanjutan, digitalisasi, dan kolaborasi multipihak, serta perlunya orientasi pada pasar ekspor dan nilai tambah.

Selanjutnya, Prof (Ris) Ir. Didiek Hadjar Goenadi menjelaskan bahwa roadmap riset ini diperlukan untuk menyelaraskan arah program yang didanai oleh BPDP dengan dinamika dan isu-isu terkini.

Didiek menegaskan bahwa dokumen ini akan menjadi rujukan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program riset secara nasional.

Penutup diskusi disampaikan oleh perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas yang memaparkan Peta Jalan Hilirisasi Kelapa 2025–2045.

Dokumen ini disusun dalam empat fase pengembangan, dengan tujuan mentransformasi industri kelapa nasional melalui pemanfaatan potensi sumber daya, pengembangan produk turunan bernilai tambah tinggi, serta kontribusi terhadap sektor pangan, energi, kesehatan, dan industri.

Menutup kegiatan, Kabul Wijayanto menyampaikan harapannya agar forum ini menjadi awal dari penyusunan roadmap riset yang visioner dan implementatif.

“Kami berharap roadmap ini mampu menjadi panduan strategis dalam mengembangkan industri kelapa dan kakao yang tangguh, inklusif, dan berdaya saing global selama satu dekade ke depan,” tegas Kabul Wijayanto. (jdi/mdp)

 

Terkini