PEKANBARU, BGNNEWS.CO.ID - Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menegaskan komitmennya mengatasi tantangan produktivitas industri kelapa sawit Indonesia melalui berbagai inovasi penelitian dan pendampingan kepada petani.
"Saat ini, industri sawit menghadapi tantangan serius terkait penurunan produktivitas yang disebabkan oleh penggunaan bibit yang tidak unggul, teknik budidaya yang kurang tepat, serta berbagai tantangan lingkungan," ungkap Tim PPKS kepada bgnnews.co.id, Selasa (18/2/2025).
Menurut Tim PPKS, penggunaan bibit tidak unggul telah menjadi permasalahan mendasar yang dihadapi petani sawit. Hal ini berdampak langsung pada kualitas dan kuantitas produksi tandan buah segar (TBS). Selain itu, praktik budidaya yang kurang optimal seperti pemupukan yang tidak sesuai dosis dan waktu, serta pengendalian hama penyakit yang belum tepat juga berkontribusi pada penurunan produktivitas.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, PPKS telah mengembangkan program komprehensif yang mencakup riset inovatif, pendampingan intensif kepada petani, serta pengembangan teknologi sawit yang berkelanjutan.
"Kami memastikan hasil-hasil penelitian kami dapat diimplementasikan dan memberikan manfaat nyata bagi petani dan pengusaha sawit. Caranya dengan menyediakan program pelatihan, penyuluhan, serta menghadirkan teknologi yang mudah diterapkan di lapangan," jelasnya.
Program pendampingan PPKS meliputi pelatihan teknis budidaya sawit, manajemen kebun yang baik, serta pengenalan teknologi terbaru dalam pengelolaan perkebunan sawit. Para peneliti PPKS juga secara aktif turun ke lapangan untuk memberikan konsultasi dan solusi atas permasalahan yang dihadapi petani.
"Melalui pendekatan yang terintegrasi ini, kami telah melihat peningkatan signifikan dalam produktivitas kebun petani yang mengikuti program kami", terangnya.
Tim PPKS menambahkan bahwa pendekatan ini telah membuahkan hasil positif, dengan para petani dapat langsung merasakan manfaatnya melalui peningkatan hasil panen yang lebih optimal. PPKS juga terus mengembangkan varietas unggul baru yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan memiliki produktivitas tinggi. (ade/bgn)