Pekanbaru, BGNNEWS.CO.ID - Fakta mengejutkan, minyak jelantah hasil olahan ribuan dapur MBG kini diburu hingga ke maskapai internasional, Singapore Airlines dan harganya dijual dua kali lipat lebih mahal.
''Ini jelantahnya tidak dibuang, ditampung oleh para entrepreneur dan kemudian diekspor dengan harga yang dua kali lipat karena salah satu penggunanya adalah Singapore Airlines,'' kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, hari ini.
Menurut Dadan, Singapore Airlines sedang menggenjot citra sebagai maskapai ramah lingkungan. Salah satu langkahnya adalah memakai bahan bakar pesawat berbasis bio (bioavtur), termasuk yang berasal dari minyak jelantah. Maskapai itu bahkan menargetkan komposisi 1 persen bio dalam campuran avtur mereka.
Dadan membeberkan, potensi minyak jelantah dari dapur MBG jauh lebih besar dari yang dibayangkan. Satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) rata-rata memakai 800 liter minyak goreng per bulan. Dari jumlah itu, sekitar 70 persen otomatis berubah menjadi jelantah.
Dengan perhitungan tersebut, pasokan jelantah dari Indonesia bisa tembus jutaan liter per bulan. Dan kalau semua itu masuk ke industri bioavtur, dampaknya bakal besar, bukan cuma buat ekonomi, tapi juga buat dorongan Indonesia menuju energi bersih.
“Salah satu bahan bio adalah cooking oil atau minyak jelantah. Nanti dengan 30.000 SPPG kali 550 liter, berapa juta liter per bulan bisa digunakan untuk bioavtur,” jelasnya.
Hingga saat ini pemerintah telah membangun 15.363 SPPG yang tersebar di 38 provinsi. Dapur-dapur ini melayani 44,3 juta anak Indonesia atau sekitar 53 persen dari total penerima hak makanan bergizi yang ditargetkan.
Dengan permintaan dari maskapai besar seperti Singapore Airlines, minyak jelantah MBG kini resmi naik kelas, dari limbah dapur jadi komoditas ekspor yang melangit. (bgnnews/jdi)