69 Persen Ekspor Produk Sawit Indonesia Didominasi Dalam Bentuk Minyak

Jumat, 25 Juli 2025 | 07:52:12 WIB
Ilustrasi pengolahan minyak sawit mentah. (foto istimewa)

Bandung, BGNNEWS.CO.ID - Saat ini sebahagian besar ekspor produk sawit Indonesia masih didominasi dalam bentuk minyak yaitu 69 persen dengan volume 13,9 juta ton. Sisanya dalam bentuk non minyak. Data ini diketahui berdasarkan pungutan ekspor produk tersebut.

Hal ini dikatakan Direktur Penyaluran Dana Sektor Hilir-BPDP, Mohammad Alfansyah pada acara 3rd TPOMI 2025 di Bandung yang diselenggarakan oleh P3PI.

Dijelaskannya, tahun 2025 produk minyak 9.592.093 ton dengan 5 negara tujuan utama Pakistan 1.064.375 ton, India 1.015.923 ton, China 858.822 ton, US 602.661 ton, Bangladesh 602.283 ton. Lima produk teratas adalah RBD Palm Olein 4.074.117 ton, RBD Palm Oil 2.033.341 ton, RBD Palm Stearin 752.344 ton, Palm Fatty Acid Distilate 686.918 ton, CPO 667.699 ton.

Non minyak 4.316.663 ton dengan 5 negara eksportir teratas Jepang 2.124.450 ton, Selandia Baru 772.690 ton, Belanda 605.242 ton, China 205.719 ton, Vietnam 197.776 ton. Empat cproduk teratas adalah cangkang kernel sawit 2.219.482 ton, bungkil inti sawit 2.095.178 ton, inti sawit 3.128 ton, tandan buah kosong 79 kg.

Lima produk ekspor terbesar bersama negara tujuan ekspor adalah :

1. RBD Palm Olein (29,3%) dengan negara tujuan Pakistan 602.680 ton, Bangladesh 578.430 ton, China 577.972 ton, India 395.314 ton, Malaysia 268.155 ton.

2. Cangkang (16%) dengan negara tujuan ekspor Jepang 2.124.450 ton; Thailand 60.373 ton, Singapura 30.589 ton, Malaysia 3.800 ton, Jerman 50 ton.

3. Bungkil Inti Sawit 15,1% dengan tujuan ekspor Selandia baru 772.690 ton, Belanda 605.242 ton, China 205.719 ton, Vietnam 197.776 ton, Korsel 162.613 ton.

4. RDB Palm Oil 14,6% dengan negara tujuan ekspor Pakistan 411.310 ton, AS 250.054 ton, Mesir 207.093 ton, Rusia 126.751 ton, Belanda 114.439 ton.

5. RBD Palm Stearin 5,4% dengan negara tujuan ekspor AS 147.023 ton, China 93.169 ton, Rusia 65.804 ton, Korsel 56.927 ton, Belanda 51.905 ton.

Implementasi tarif baru sesuai PMK nomor 30/2025, baik jumlah tonase maupun pungutan ekspor menurun. Sebelum berlaku Mei 2025 volume ekspor 3,03 juta ton , pungutan ekspor Rp2,11 triliun. Rata-rata tanggal 1-16 tonase 117,382 ton, pe Rp71,34 miliar. Tonase ekspor cukup fluktuatif namun cenderung tinggi, dengan puncak significant tanggal 16. Penerimaan pungutan mengikuti tren tonase bahkan melonjak drastis tepat pada hari terakhir sebelum kebijakan.

Sesudah kebijakan, rata-rata tanggal 17-31 , tonase 72,117 ton PE Rp60,84 miliar. Tonase turun drastis pasca 17 Mei dan cenderung fluktuatif. Penerimaan pungutan sedikit turun meskipun tarif naik. Terjadi karena volume ekspor rendah, dasar pengenaan pungutan lebih kecil dan eksportir mungkin menahan ekspor sambil menunggu harga membaik atau menunggu ekspor kebijakan lanjutan.

PMK yang berlaku sejak 17 Mei merupakan komitmen jangka panjang pemerintah untuk mendukung keberlanjutan kelapa sawit nasional. Lewat kebijakan ini dukungan terhadap petani, penguatan hilirisasi, dan upaya mencapai swasembada energi terus dijaga.

Dampaknya terhadap eksportir mungkin keuntungan menurun, terutama eksportir CPO karena PE lebih tinggi, perubahan strategi ekspor, cenderung mengekspor produk turunan yang tarifnya lebih rendah; potensi peningkatan biaya logistis dan administrasi, khususnya eksportir kecil menengah.

Terhadap petani harga TBS petani berpotensi turun akibat tekanan pabrik dan eksportir. Dampak bisa diminimalkan apablia pungutan dikembalikan kepetani dalam bentuk program produktif seperti PSR, sarpras, beasiswa. Bagi negara peningkatan penerimaan negara bukan pajak dari pe, bila tidak diimbangi penurunan ekspor.

Alokasi dana lebih besar untuk program strategis PSR, subsidi pupuk dan biodiesel. Instrumen kebijakan jadi lebih kuat dalam mendukung agenda hilirisasi dan swasembada energi. (jdi/mdp)

Tags

Terkini